TEORI EDUARD SPRANGER
A. PENGANTAR
1. Orientasi
Di dalam filsafat ilmu pengetahuan dikenal berbagai sistem penggolong-golongan atau klasifikasi ilmu pengetahuan. Salah satu di antara sistem-sistem tersebut yang langsung berhubungan dengan apa yang dibicarakan dalam bab ini ialah sistem penggolong-golongan ilmu pengetahuan menurut aliran Neo-Kantianisme mazhab Baden.
Wilhelm Windelband (1848-1915), salah seorang pelapor mazhab Baden itu, menggolong-golongkan ilmu-ilmu pengetahuan menjadi dua golongan, yaitu:
(1) ilmu-ilmu pengetahuan alamiah, yang disifatkannya sebagai ilmu ilmu pengetahuan nomothetis, dan
(2) ilmu-ilmu pengetahuan kesejarahan, yang disifatkannya sebagai ilmu pengetahuan ideografis.
Sejiwa dengan pendapat Heinrich Rickert ( 1863 – 1936 ), ia berpendapat pada pokoknya adalah sebagai berikut :
Dia membedakan alam semesta beserta isinya menjadi dua, yaitu :
1) alam kodrati ( das reich der nature ),dan
2) alam kesejarahan ( das reich der geschichte )
pendapat rickert itu didikuti antara lain oleh Willhelm Dilthey. Atas dasar cara pendekatan dan metode yang dua macam itu, maka dilthey menggolong-golongkan ilmu-ilmu pengetahuan menjadi dua golongan yaitu :
1) Ilmu-ilmu pengetahuan alamiah ( Naturwissenschaftern ), dengan metode pokoknya menerangkan ( erklaren ), dan
2) Ilmu-ilmu pengetahuan kerohanian ( Geisteswissen schaften ), dengan metode pokoknya memahami ( Verstehen )
Edward Spranger adalah tokoh utama aliran psikologi dan oleh banyak ahli dianggap sebagai juru bicara aliran. Edward Spranger adalah guru besar Ilmu filsafat dan ilmu pendidikan di universitas-universitas : Leipzig, Berlin, Tubingen. Karya utamanya yang mempersoalkan kepribadianmanusia ini adalah : Lebensformen, Geistewissensehaftliehe Psychologic und Ethik der Pcrsonlichkeit.
B. POKOK-POKOK TEORI SPRANGER
Pokok-pokok pikiran Spranger mengenai kepribadian manusia singkatnya adalah sebagai yang dikemukakan berikut ini.
1. Dua Macam Roh (Gest)
Pertama-tama Spranger membedakan adanya dua macam roh (Geist), yaitu:
(1) Roh subyektif atau roh individual (subjektive Geist, individuelle
Geist), yaitu roh yang terdapat pada manusia masing-masing
(individual).
Geist), yaitu roh yang terdapat pada manusia masing-masing
(individual).
Roh individual ini merupakan struktur yang bertujuan.
- Roh individual itu merupakan struktur, karena roh individual itu harus dapatjdipahami kalau ditinjau sebagai anggota daripada struktur yang lebih tinggi, yaitu kebudayaan.
- Roh individual itu bertujuan. Adapun tujuannya yaitu men* capai atau menjelmakan nilai-nilai tertentu, dan karena itu juga hanya dapat dipahami dengan jalan memahami sistem nilai-nilai itu. Struktur yang lebih tinggi atau sistem nilai-nilai itu ialah roh obyektif.
(2) Roh obyektif atau roh supra-individual, atau kebudayaan (Ob-
jektive Geist, Uber individuelle Geist, Kultur), yaitu roh seluruh
umat manusia, yang dalam concreto-nya merupakan kebuda
yaan yang telah terjelma dan berkembang selama berabad-abad
bersama-sama manusia-manusia individual.
jektive Geist, Uber individuelle Geist, Kultur), yaitu roh seluruh
umat manusia, yang dalam concreto-nya merupakan kebuda
yaan yang telah terjelma dan berkembang selama berabad-abad
bersama-sama manusia-manusia individual.
2. Hubungan antara Roh Subyektif dan Roh Obyektifi,
Roh subyektif dan roh obyektif itu berhubungan secara timbal-balik. Roh subyektif atau roh individual, yang mengandung nilai-nilai yang terdapat pada masing-masing individu, dibentuk dan dipupuk dengan acuan roh obyektif; artinya roh individual itu terbcntuk dan berkembang dengan memakai roh obyektif sebagairnana norma.
Roh obyektif atau kebudayaan itu mengandung unsur-unsur yang telah mendapat pengaktian umum sebagai hal-hal yang bernilai, karena itu diberi kedudukan yang tinggi dan ditaruh di atas roh individual.
Individu tak dapat mengelak atau melepaskan diri dari pengaruh roh obyektif; tiap individu mesti menerima pengaruh dari susunari dan keadaaa-keadaan lingkungan sosial di mana dia hidup. Dalam. pada itu roh obyektif juga tidak dapat dipisahkan dari roh subyektif atau roh individual; vvalaupun roh obyektif itu dalam batas tertentu dapat dinyatakan di luar jiwa perseorangan, namun tidak dapat dibayangkan lepas dari (tanpa) roh subyektif. Sebab individu-individulah yang dari abad keabad menciptakan nilai-nilai kebudayaan itu.
. .
. .
3 . Lapangan-lapangan Hidup
Kebudayaan (Kultur) oleh Spranger dipandang sebagai system nilai-nilai, karena kebudayaan itu tidak lain adalah kumpulan nilai-nilai kebudayaan yang tersusun atau diatur menurut struktur tertentu. Kebudayaan sebagai sistem atau struktur nilai-nilai ini oleh Spranger digolong-golongkan menjadi enam lapangan nilai (Wertegebieten). Keenam lapangan ini atau lapangan kehidupan itu masih dikelompok-kelompokkan lagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a) Lapangan-lapangan nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai individu, yang meliputi empat lapangan nilai , yaitu :
1. lapangan pengetahuan (ilmu, teori),
2. lapangan ekonomi,
3. Lapangan kesenian,